Laman

22 Juli 2011

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Menggunakan Metode Puzzle Jigsaw Di Kelas II SDN 8 Gedung Air Bandar Lampung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai menyadari pentingnya investasi masa depan terutama pada bidang pendidikan, tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik semata. Pembenahan di dunia pendidikan mulai dilakukan. Sayangnya, tujuan mulia ini terbentuk masalah klasik. Yaitu rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Dalam dunia pendidikan, sekolah merupakan lembaga sentral yang berperan dalam mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sebelum terjun ke masyarakat. Sebagai pendidik, sudah seharusnya kita turut berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidik dapat mengawalinya dari hal yang terkecil, diantaranya dengan meningkatkan prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan sekolah.

Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003:64-69).

Metode mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Penggunaan metode mengajar yang menarik dan menyenangkan akan sangat berpengaruh pada iklim belajar di kelas.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diperoleh data nilai siswa pada mata pelajaran IPS semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 yang disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai IPS Semester Ganjil

No.

Data kualitatif

Jumlah siswa

1.

Amat baik (80-100)

3

2.

Baik (70-79)

7

3.

Cukup baik (60-69)

12

4.

Kurang (50-59)

10

5.

Sangat kurang (<50)

6

Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa pada semester ganjil kurang baik hal ini terlihat dari jumlah siswa yang berada di bawah KKM sebesar 42 %. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-70% nya dapat dikuasai siswa, maka presentasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong baik (Djamarah dan Zain, 2006:106).

Sejalan dengan pemikiran diatas serta melihat hasil belajar yang belum optimal, maka diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran yang kondusif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selama ini pelajaran IPS dianggap sangat membosankan karena pembelajaran IPS hanya mengandalkan komunikasi satu arah. Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Metode pembelajaran yang masih bersifat konvensinal, dimana siswa hanya menyimak penjelasan guru, mencatat dan mengerjakan latihan saja. Belum lagi penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan hanya menekankan pada penghafalan semata, semakin menambah daftar panjang alasan siswa merasa enggan dalam belajar IPS.

Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis berusaha untuk menggunakan metode baru dalam pembelajaran IPS terutama di kelas II SD. Metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk siswa sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPS adalah puzzle jigsaw. Menurut Adenan (1989:9) dinyatakan bahwa puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Tarigan (1986:234) menyatakan bahwa pada umumnya para siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle , crosswords puzzle , anagram dan palindron. Sedangkan Jigsaw adalah salah satu metode kooperatif yang lebih mengetengahkan kerja sama tim dalam memecahkan masalah.

Metode puzzle jigsaw merupakan metode kolaborasi antara permainan puzzle dan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat membangun kerjasama antar individu dalam kelompoknya.

Diharapkan dengan penggunaaan metode ini dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS, sehingga akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentisifikasi masalah sebagai berikut :

1. Prestasi belajar IPS masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.

2. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.

3. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa terutama pelajaran IPS menggunakan metode puzzle jigsaw pada siswa kelas II semester genap bulan Januari – Maret 2011 di SD Negeri 8 Gedung Air Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011. Pada pokok bahasan kedudukan dan peran setiap anggota keluarga, tugas setiap anggota keluarga dan kerjasama di lingkungan tetangga.

1.4 Rumusan Masalah

Apakah penerapan metode puzzle jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS di kelas II SD Negeri 8 Gedung Air.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui rata-rata prestasi belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode puzzle jigsaw mengalami peningkatan dibandingkan menggunakan metode konvensional.

2. Untuk mengetahui metode puzzle jigsaw dapat menjadi alternatife dalam meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pelajaran IPS.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Siswa

Sebagai perangsang minat belajar siswa agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri.

b. Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan kompetensi guru dalam proses mengajar.

c. SDN 8 Gedung Air

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 8 Gedung Air dapat lebih meningkatkan pembelajaran IPS sehingga prestasi belaja siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan adan ya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.

Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku diantaranya aliran behavioristik dan aliran holistik. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan ntuk bertindak atau berhubungan antara stimulus dan respons (S-R). Tokoh-tokoh aliran ini antaralain Thorndike, Skiner, Pavlop, Hull, dan Guthrie (Sanjaya 2006:114)

Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian didalam suatu situasi permasalahan. Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya teori Gestalt, teori Medan , teori Organismik, teori Humanistik, teori konstruktivistik (Sanjaya 2006:115). Teori medan yang bersumber dari aliran psikologi kognitif atau psikologi gestalt menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian-bagian terpisah.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard (dalam Sanjaya 2006:113) belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.

Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

2.2 Prestasi Belajar

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar di bidan g pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Azwar (2005:8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antaralain:

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor ini meliputi:

a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:

1) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah

2) Karena cacat tubuh

b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) meliputi:

1) Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

2) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya

3) Minat

Tidak adan ya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak.

4) Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

5) Faktor Kesehatan Mental

Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003:64-69).

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan dibahas sebagai berikut:

a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.

e) Alat Pelajaran

Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.

f) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

g) Alat Pelajaran

Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.

h) Waktu Sekolah

Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore/malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada pelajaran.

i) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa.

j) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.

k) Metode Belajar

Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.

l) Tugas Rumah

Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.

2.3 Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

Ilmu sosial (Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan social (Inggris : social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam, melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.

Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

2.4 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Dengan berlakunya Undan g-undan g Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah sebagai pedoman pelaksanaannya maka kurikulum Pendidikan Dasar perlu disesuaikan dengan peraturan perundan g-undan gan tersebut.

Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru IPS hendaknya menguasai perbedaan konsep-konsep esensial ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial sehingga upaya membentuk subjek didik sesuai tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai.

Menurut kurikulum Pendidikan Dasar 1994, esensi tujuan pengajaran IPS di SD adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada pembentukan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang cerdas tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan secara emosional atau cerdas secara rasional dan emosional.

Pelajaran IPS diberikan Di SD dengan tujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.

2.5 Ragam Metode Pembelajaran

2.5.1 Pengertian Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2.5.2 Macam-Macam Metode Pembelajaran

Selama ini kita cenderung mrnggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode-metode konvensional yang sering digunakan antara lain :

a. Metode ceramah

b. Metode pemberian tugas

c. Metode tanya jawab

d. Metode demonstrasi

2.5.3 Pembelajaran kooperatif

Dalam perkembangannya, dunia pendidikan kita terus berbenah diri mengembangkan metode pembelajaran yang baru, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif. Slavin (dalam Solihatin,2008:4) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang.

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir (Sanjaya, 2006:240).

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam menyelesaikan masalah (tugas yang diberikan oleh guru). Ibrahim (2006 :5) menyatakan bahwa setiap individu (siswa) bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran dan mengeliminasi tujuan individu dan tujuan kompetitif.

2.5.4 Pengertian Metode Puzzle jigsaw

Puzzle jigsaw merupakan metode pembelajaran kolaborasi antara permainan puzzel dengan metode kooperatif model jigsaw.. Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan bahwa puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan menurut Hadfield (1990: v), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab.

Tarigan (1986: 234) menyatakan bahwa pada umumnya para siswa menyukai permaianan dan mereka dapat memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle , crosswords puzzle , anagram dan palindron.

Jigsaw adalah salah satu metode kooperatif dalam PAKEM. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001)

Metode puzzle jigsaw ini mengajak siswa untuk menyusun potongan-potongan gambar dan disesuaikan dengan mal yang telah disediakan sehingga membentuk sebuah gambar yang benar. Selain menyusun potongan gambar, siswa juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan kode puzzle yang telah disusun.

Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapatkan pengalaman secara langsung, membuktikan konsep secara menyenangkan, menggali kreatifitas, melatih cara berfikir tingkat tinggi, menguatkan hafalan, belajar bekerja sama dengan teman dan akhirnya siswa memperoleh kebenaran secara nyata dan ganda.

Dengan metode puzzle jigsaw siswa dituntut berfikir merangkaikan kepingan gambar dan tulisan sebuah konsep IPS tak beraturan sehingga membentuk konsep yang saling bertautan.

2.5.5 Peran Metode Puzzle jigsaw Dalam Pembelajaran IPS

Selain untuk mengkonkretkan konsep yang terdapat dalam pembelajaran, metode puzzle jigsaw diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan kata lain, penggunaan puzzle dalam pembelajaran IPS dapat memperbesar minat dan perhatian siswa.

Langkah-langkah penerapan metode puzzle jigsaw sebagai berikut :

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok induk. Setiap anggota kelompok mendapat kartu warna.

2. Siswa yang mendapat kartu yang berwarna sama bergabung menjadi kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

3. Setiap kelompok ahli mendapat sebuah puzzle dan menyusunnya.

4. Kelompok yang telah berhasil menyusun puzzle , berhak mengambil kartu soal dan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.

5. Siswa kembali ke kelompok induk dan melaporkan apa yang telah didapat dari kelompok ahli.

6. Kelompok ahli bertugas menjawab pertanyaan yang dibagikan guru berdasarkan pengetahuan yang telah didapat dari kelompok ahli.

7. Melaporkan hasil kerja kelompok induk di depan kelas.

8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Penerapan metode puzzle jigsaw disamping akan memudahkan anak dalam memahami materi, penggunaan metode ini juga bermanfaat untuk :

a) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melakukan percobaan

b) Membedakan bagian-bagian dari sebuah benda dan meminta anak-anak untuk menyatukannya kembali

c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

d) Mengembangkan koordinasi motorik halus.

Dengan menggunakan metode yang lebih menarik dan menantang, siswa dapat termotivasi sebagaimana Ivas K. Davles (1991:215) jika seseorang telah termotivasi maka mereka siap untuk melakukan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan yang dikehendaki.

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penerapan metode konvensional dalam pembelajaran IPS membuat siswa merasa bosan dan enggan dalam belajar IPS sehingga hasil belajar IPS cenderung rendah. Penggunaan metode kooperatif terutama metode puzzle jigsaw dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan pembelajaran IPS di kelas II. Tahap perkembangan anak usia SD yang masih dalam tahap operasional konkret, menuntut guru untuk aktif dalam mengkombinasikan media dan metode pembelajaran di kelas.

Menggunakan metode puzzle jigsaw

Prestasi belajar IPS meningkat

Prestasi belajar IPS rendah

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

2.7 Hipotesis

Jika prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan metode puzzle jigsaw di kelas II SDN 8 Gedung Air, maka prestasi belajar siswa menggunakan metode puzzle jigsaw akan meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di SD Negeri 8 Gedung Air kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. Alasan menggunakan lokasi atau tempat ini yaitu dengan pertimbangan bahwa penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan januari sampai bulan Maret 2011

3.1.3 Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II B berjumlah 38 siswa, laki-laki 17 dan perempuan 21 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi yang bervariasi. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.

3.2 Persiapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran puzzle jigsaw dengan persiapan :

a. Pembuatan lembar instrumen penelitian

b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.

c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran

d. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa.

e. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian.

f. Lembar penilaian proses untuk memantau keaktifan, kemandirian, kompetensi, kelancaran dan ketepatan.

g. Menyusun angket dan membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran puzzle jigsaw

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.

Penulis merencanakan pembelajaran IPS dengan memilih materi pembelajaran Dokumen Pribadi dan Keluarga melalui tiga siklus pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Karena kelas rendah menggunakan pembelajaran tematik, alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama terdiri dari 5 x 35 menit dengan lebih menekankan penggunaan metode puzzle jigsaw pada pelajaran IPS.

Langkah-langkah penerapan metode puzzle jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok induk. Setiap anggota kelompok mendapat kartu warna.

2. Siswa yang mendapat kartu yang berwarna sama bergabung menjadi kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

3. Setiap kelompok ahli mendapat sebuah puzzle dan menyusunnya.

4. Kelompok yang telah berhasil menyusun puzzle , berhak mengambil kartu soal dan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.

5. Siswa kembali ke kelompok induk dan melaporkan apa yang telah didapat dari kelompok ahli.

6. Kelompok ahli bertugas menjawab pertanyaan yang dibagikan guru berdasarkan pengetahuan yang telah didapat dari kelompok ahli.

7. Melaporkan hasil kerja kelompok induk di depan kelas.

8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulka materi yang telah dipelajari.

9. Selanjutnya guru memberikan tes akhir secara individual. Setelah selesai, guru menutup pelajaran namun sebelumnya, guru menyampaikan materi yang berikutnya dan menyampaikan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan itu.

Siklus Penelitian

Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan menggunakan 3 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas. Bagan siklus penelitian dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 3.1 Bagan Siklus PTK (Kemmis dkk, 1982; Burns, 1999)

SIKLUS ke-1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode puzzle jigsaw.

3. Merancang metode pembelajaran puzzle jigsaw.

4. Mendiskusikan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

5. Menyiapkan media pembelajaran (puzzle gambar)

6. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir).

7. Menyusun kelompok belajar peserta didik.

8. Merencanakan tugas kelompok.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan (RPP)

2. Menerapkan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.

4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.

5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Tahap Mengamati (observation), mencakup:

1. Melakukan diskusi dengan guru pendamping dan kepala sekolah untuk rencana observasi.

2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw yang dilakukan guru kelas II.

3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Tahap refleksi (Reflection), mencakup:

1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode pembelajaran puzzle jigsaw dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.

3. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran IPS.

5. Melakukan refleksi terhadap prestasi belajar peserta didik.

SIKLUS ke-2

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

1. Melakukan analisis pemecahan masalah.

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

Tahap Mengamati (observation), mencakup:

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

3. Melakukan diskusi dengan guru membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya

Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:

1. Merefleksikan proses pembelajaran puzzle jigsaw.

2. Merefleksikan prestasi belajar peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

3. Menganalisis temuan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

SIKLUS ke-3

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 2.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

1. Melakukan analisis pemecahan masalah.

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

Tahap Mengamati (observation), mencakup:

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

2. Mencatat perubahan yang terjadi.

3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik.

Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:

1. Merefleksikan proses pembelajaran puzzle jigsaw.

2. Merefleksikan prestasi belajar peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.

3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

4. Menyusun rekomendasi.

Dari tahap kegiatan pada siklus 1, 2 dan 3, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran IPS; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan metode pembelajaran puzzle jigsaw pada mata pelajaran IPS, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran IPS.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, (Arikunto. S, 1998:125). Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data. Data tertulis tentang daftar nama siswa, jumlah siswa dan data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas II B SD Negeri 8 Gedung Air.

2. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah penerapan metode kooperatif puzzle jigsaw

3. Metode Observasi

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode kooperatif puzzle jigsaw. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif, dengan rincian sebagai berikut :

a. Hasil belajar dan tes tertulis (obyektif tes)

Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini ada 3 siklus berarti ada 3 kali tes, yaitu berupa obyektif tes. Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

b. Kuisioner atau angket

Angket ini digunakan untuk mengungkap tanggapan (respon) siswa terhadap pelaksanaan pengajaran menggunakan metode kooperatif puzzle jigsaw.

c. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pengajaran menggunakan metode puzzle jigsaw.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan prestasi belajar siswa dari setiap siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Data dianalisis dengan tahapan - tahapan sebagai berikut :

1. Daftar tabel dari jawaban lembar observasi

2. Menentukan skor jawaban

3. Data tentang hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus :

(Slameto, 2001:189)

4. Data ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif presentase sebagai berikut :


(Ali. M, 1984:184)

Keterangan :

% = Presentase

N = Jumlah skor yang diperoleh dari data

N = Jumlah skor maksimal

5. Analisis Lembar observasi untuk mengetahui peningkatan mental activities belajar siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis presentase. Untuk analisis presentase menggunakan rumus sebagai berikut :

(Ali. M, 1987:184)

Keterangan :

P = Persentase pelaksanaan setiap indikator

S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indicator

N = Jumlah skor total

6. Analisis ketuntasan tes hasil belajar

Analisis ketuntasan tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus.

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65% dinyatakan mengalami kesulitan belajar dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65% dinyatakan telah tuntas belajar.

Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:

(Agung Purwoko, 2001:103)

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 65 % jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85 % dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas.

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sekurang - kurangnya 85% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai 65 untuk prestasi belajar kognitif, (Mulyasa, 2004:99).

1 komentar: